Legenda Dewa Harem

Chapter 44: Karma Selalu Datang!



Chapter 44: Karma Selalu Datang!

Kota Cendrawasih adalah kota yang masih dalam tahap perkembangan. Gedung-gedung pencakar langit sedang mulai dibangun dan perumahan-perumahan elit juga mulai bermunculan. Harga rumah di kota ini tiap tahunnya naik terus-menerus.

Apalagi perumahan elit yang baru selesai dibangun seperti Villa Gunung Perak. Mereka baru resmi dihuni 2 bulan yang lalu. Fasilitas di gedung serbaguna perumahan ini sangat mewah seperti kolam renang, gym, lapangan golf hingga aula yang dapat menampung 3000 orang.

Rumah di perumahan ini hanya mampu dibeli oleh orang-orang kaya.

Di suatu rumah, di basemen

Selain cahaya matahari yang melewati celah-celah pintu, pencahayaan di basemen ini sangatlah minim. Hampir tidak terdapat lampu di tempat ini. Mungkin pencahayaan yang buruk ini ingin menutupi apa yang ada di balik pintu. Kalau orang melihat dalamnya, mungkin mereka akan tidak akan percaya akan pemandangan tidak manusiawi ini.

Dalam basemen ini terdapat sel kurungan yang cuma ada satu ranjang saja dan sebuah ember.

Di setiap sel tersebut ada seorang wanita di dalamnya!

Beberapa ada yang tidak memakai baju sedangkan yang lainnya memakai baju compang-camping. Wajah mereka terlihat sakau. Tiap hari mereka dipaksa memuaskan nafsu para pria.

Wanita-wanita ini sesungguhnya cantik-cantik. Meskipun tidak secantik Viona ataupun Inggrid, para wanita ini sudah cukup membuat para lelaki mengejar mereka. Tetapi sekarang kondisi mereka menyedihkan, mereka telah menjadi budak seks!

Terlebih lagi, terdapat alat-alat penyiksaan dan alat-alat seks.

Suasana di basemen hening. Ada yang masih di bawah pengaruh obat, ada yang menundukkan kepalanya dan ada yang menangis. Ketika mendengar suara pintu berderit, mereka semua langsung gemetar ketakutan.

Ada yang datang!

Ketika mendengar suara langkah kaki yang sudah mereka kenal itu, mereka ingin mencabik-cabik orang itu hidup-hidup. Dialah yang membuat hidup mereka sengsara.

Ketika tiba di bawah, Kevin sedang bingung memilih perempuan mana yang akan menjadi mainannya hari ini. Dia tersenyum puas ketika melihat koleksinya yang banyak ini.

Semua wanita ini diculik oleh Kevin dengan berbagai cara tetapi cara yang sering dipakainya adalah membius mereka ketika mereka pergi berkencan. Kalau para wanita ini menolak dirinya, dia akan menculik mereka!

Benar-benar lelaki biadab.

Kevin memandangi satu per satu koleksinya dan para wanita itu segera meringkuk ketakutan.

"Nomor satu angkat kepalamu!" Teriak Kevin sambil menendang sel nomor satu berada. Wajah Kevin sudah terlihat bengis dan penuh nafsu.

Wanita itu ketakutan ketika sel miliknya ditendang keras oleh Kevin, dia tidak punya pilihan untuk mengangkat kepalanya. Wajah cantiknya itu penuh dengan air mata. Ternyata setelah diperhatikan, mulutnya telah diikat oleh kain dan tangannya diborgol.

Benar-benar tidak manusiawi!

"Kau sudah lupa harus ngapain kalau aku turun ke tempat ini?" Muka Kevin terlihat marah.

Wanita yang dipanggil nomor 1 ini panik dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Jika didengar dengan seksama, wanita ini mengeluarkan suara seperti anjing. "Guk! Guk!"

Ketika melihat budaknya itu patuh, Kevin mengangguk puas. Lalu dia menuju sel lain di mana wanita-wanita cantik lainnya menunggu dirinya.

"Hmmm. Aku cuma punya lima orang saja." Kevin sudah berada di ujung sel yang masih kosong. "Tidak masalah, sebentar lagi tempat ini akan diisi oleh Viona. Ahhhh Aku sudah tidak sabar bermain denganmu!"

Senyuman Kevin diisi oleh kelicikan dan kebejatan. Dia telah menyiapkan banyak mainan untuknya, Viona akan menjadi budak seks miliknya yang terbaik! Aku tidak akan menomorimu, aku akan memberimu nama.

Memejamkan matanya, dia membayangkan tubuh seksi Viona yang telanjang itu akan dia mainkan sesuka hatinya. Kevin benar-benar tidak sabar, karena baginya Viona adalah cewek tercantik yang pernah dia lihat.

Di saat Kevin sibuk dengan fantasinya, salah satu wanita di dalam sel memberanikan diri untuk memaki Kevin. "Manusia biadab sepertimu tidak pantas untuk hidup!"

Kevin membuka matanya dan tertawa keras. "Nomor 4, kau sepertinya tidak punya sopan santun. Apakah itu caramu menyapa tuanmu?"

Namun nomor 5 juga ikut menyaut. "Aku harap kau membusuk di neraka! Lihat sekelilingmu, dosamu itu sudah tidak termaafkan dan neraka saja sudah jijik sama jiwamu!"

Nomor 3 benar-benar ketakutan. Dia tidak memiliki nyali seperti teman-temannya itu, dia hanya meringkuk ketakutan di pojokan.

Semua wanita ini diculik berurutan oleh Kevin. Nomor 1 adalah yang pertama dan nomor 5 adalah yang terakhir. Jadi kondisi psikologis wanita yang datang terakhir itu masih belum tunduk.

"Hmmm Bagaimana caranya tuanmu ini membuatmu paham?" Kevin mulai menelanjangi nomor 5 dengan matanya. "Setiap dari kalian adalah karya seni milikku, aku akan membuat kalian budak seks terindah di seluruh dunia!"

"Biadab!" Nomor 5 kehilangan kesabarannya. "Sampah sepertimu cuma bisa menodai tubuhku tapi tidak tekadku! Setiap hari aku akan melawanmu!"

"Tidak, tidak, tidak. Kevin menggelengkan kepalanya dan mengatakan. "Aku tidak akan mematahkan tekadmu ataupun mencuri hatimu, pada akhirnya kau akan menerima cintaku ini."

Setelah itu, Kevin membuka sel nomor 5 dan berjalan masuk. Kaki dan tangan nomor 5 terborgol jadi dia tidak bisa melawan.

Kevin lalu menjambak dan mengangkat kepalanya nomor 5. "Hari ini aku akan membuatmu milikku." Lidah Kevin langsung menjilati wajah nomor 5. Kau milikku! Selamanya kau adalah milikku!

"Selamanya aku tidak akan pernah menjadi milikmu!" Perempuan ini masih memperjuangkan hidupnya.

Nomor 1 dan 2 tidak mau melihat, nomor 3 mengintip dari celah pahanya dan nomor 4 menatap Kevin dengan tatapan marah. Melihat temannya itu hendak diberi obat, dia berteriak marah. "Kau pada akhirnya akan mendapatkan ganjaran yang setimpal!"

"Hahaha, bahkan Tuhan pun tidak bisa menghukumku." Kevin tertawa. "Aku hanya percaya pada diriku sendiri."

Ketika mendengar hal tersebut, semua perempuan itu memasang ekspresi tidak berdaya. Mungkin apa yang dikatakan Kevin benar, kesempatan mereka untuk bebas sangatlah kecil. Mungkin Tuhan sebenarnya sudah meninggalkan mereka.

"Wah kebetulan sekali, aku juga percaya pada kemampuanku sendiri!" Suara itu terdengar dari arah pintu.

Kevin yang masih tertawa itu segera terdiam ketika mendengar suara itu. Dia segera menoleh ke arah pintu dan bertanya, "Siapa di sana?"

Kevin merasakan firasat buruk, tempat ini adalah tempat tersembunyi miliknya. Bahkan dia memiliki pengawal yang banyak di rumahnya ini. Bagaimana bisa ada orang yang bisa masuk ke basemennya ini?

Terlebih lagi, kenapa dia merasa pernah mendengar suara orang itu?

Ketika berusaha mengingat-ingatnya, dia merinding karena akhirnya dia mengerti milik siapa suara itu.

Semua perempuan di basemen ini segera mendapatkan semangat hidupnya kembali. Mereka juga mendengar suara orang lain dari arah pintu.

Apakah pertolongan akhirnya telah tiba?

Kevin menutup matanya dan berdoa bahwa orang tersebut bukanlah yang dia kira. Kemudian orang itu berjalan turun dengan tangan di saku celananya. Ketika Kevin membuka matanya, mimpi buruknya menjadi kenyataan. "Randika!"

"Halo bro ketemu lagi." Randika lalu memperhatikan perempuan-perempuan yang ada di sel itu. "Pintar juga aktingmu selama ini."

"Mustahil, bagaimana caranya kau bisa sampai ke sini?" Kevin berjalan mundur selangkah demi selangkah, beriringan dengan langkah maju Randika.

"Aku sudah bilang kan sebelumnya? Jangan pernah mengganggu Viona lagi!" Randika melihat ekspresi perempuan-perempuan ini dan aura membunuhnya memancar dengan kuat.

Seorang wanita tidak pantas diperlakukan seperti budak!

Jika sebelumnya dirinya gagal menyelamatkan Viona, apakah dia akan menjadi seperti mereka? Apakah wanita miliknya itu akan memiliki wajah tanpa ada harapan hidup seperti mereka?

Terlebih lagi, Kevin berkerja sama dengan Jeratan Neraka. Benar-benar tidak termaafkan!

Melihat ekspresi mengerikan Randika, Kevin ketakutan. Dia tahu bahwa nyawanya terancam dan dia segera berlari ke sel nomor 5, hendak menyanderanya.

Namun, Randika mengeluarkan sebuah pisau dan melemparkannya ke kaki Kevin.

"Ah!"

Pisaunya itu mengenai paha Kevin dan membuatnya terjatuh!

Kemudian Kevin mendongak dan menyadari bahwa Randika sudah ada di atasnya.

"Ampun! Ampun!" Posisi Kevin sudah diangkat oleh Randika.

"Setelah berbuat seperti itu pada para perempuan ini, kau masih berharap ampun?"

Nomor 5 mulai tertawa lepas. "Rasakan! Mampus hidupmu!"

"Karma selalu datang! Mati kau!" Nomor 4 juga ikut menyaut dan tertawa. Sesaat kemudian, air mata kebahagian mulai menetes.

Perempuan lainnya awalnya tidak mempercayai apa yang terjadi, tetapi setelah teriakan nomor 4 dan 5 mereka berteriak. "Bunuh!"

"Bunuh!"

"Bunuh!"

Sorakan itu membuat Kevin mengompol sedikit.

"Jangan hiraukan mereka." Kata Randika dengan tersenyum. "Sekarang aku akan bertanya dan kalau kau berbohong maka kutusuk kau sekali."

"Aku tidak berani berbohong!" Seluruh tubuh Kevin sudah basah oleh keringat.

"Apa hubunganmu dengan Jeratan Neraka?"

"Jeratan Neraka? Apa itu?" Kevin terkejut dengan pertanyaan aneh itu. Tetapi Randika mengambil pisaunya kembali dan menusuk bahu Kevin!

"Arghh!" Kevin berteriak kesakitan. "Aku tidak tahu apa-apa, aku tidak pernah mendengar nama mereka!"

Randika mengerutkan dahinya. Bukankah dia salah satu anggota dari Jeratan Neraka?

Setelah memikirkannya, Randika mengerti bahwa Jeratan Neraka hanya menggunakan Kevin.

"Pertanyaan berikutnya, tadi pagi kau nyuruh orang untuk nyulik Viona?"

Wajah Kevin segera membeku. Randika tidak ragu-ragu mencabut pisaunya lagi dan menusuk kembali bahu Kevin. Darah langsung membasahi wajah Randika.

"Argh. Iya Aku menyuruh orang tadi pagi."

Kevin tidak dapat menahan rasa sakitnya dan menjawab dengan terbata-bata.

"Baiklah." Randika lalu melempar Kevin. "Tapi aku tidak puas dengan jawabanmu."

Ketika mendengarnya, Kevin langsung memohon ampun. "Tolong ampuni aku. Aku tidak akan berbuat jahat lagi!"

"Bacod!" Seketika itu juga, Randika menginjak alat kelamin Kevin dengan keras.

KRAK!

Seperti suara telur yang pecah, telur Kevin nampaknya sudah tinggal kenangan. Wajah Kevin segera menjadi putih. Dia memegangi alat kelaminnya dan berguling-guling di lantai tanpa henti. Randika sudah menghancurkan keturunannya!

"Semoga dengan ini kau tidak bisa berbuat aneh-aneh lagi." Randika meludahi Kevin. "Kalau kau masih belum kapok, kubunuh kau ketika kita bertemu lagi."

"Hahaha kapok! Cari laki saja sana mulai dari sekarang, punyamu sudah tidak bisa berdiri!" Nomor 5 benar-benar kasar kalau bicara. Tapi melihat kehidupan mereka yang mengenaskan ini, melihat Kevin mendapatkan penghakiman ini adalah momen yang mereka tunggu-tunggu.

"Tolong keluarkan kami!" Salah satu perempuan berteriak pada Randika.

Randika secara tidak sadar mengamati ekspresi mereka semua. Ekspresi mereka penuh dengan sukacita dan mereka melihat dirinya sebagai sang penyelamat.

This chapter upload first at NovelBin.Com


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.