Chapter 56: Pengkhianatan Shadow
Chapter 56: Pengkhianatan Shadow
Setelah mengalami hari yang luar biasa ini, Randika memutuskan untuk kembali ke rumah. Namun, tiba-tiba dia mendapat telepon.
"Tuan, aku sudah sampai di kota Cendrawasih."
"Baiklah, tunggulah aku. Aku akan mengirimkan alamatnya."
"Baik tuan."
Apakah kau benar-benar baru sampai?
Randika tersenyum kecil. Akhirnya waktu ini telah tiba, apakah tirai misterius ini akan terungkap hari ini?
Randika memilih gedung terbengkalai tempat di mana Safira dan Elva disekap sebelumnya, daerah itu memang terkenal sepi. Jika memang terjadi sesuatu, tidak akan ada orang yang mengetahuinya.
Pertanyaan ini selalu terngiang-ngiang di benak Randika sejak lama.
Apakah kau masih Shadow yang kukenal?
Aku harap kau tidak mengecewakanku. Tatapan mata Randika terlihat dingin.
Kemudian Randika segera menuju gedung itu kembali.
Tak lama kemudian, Randika telah sampai dan berjalan masuk dengan santai. Karena hari sudah malam, angin sepoi-sepoi berhembus melewati dinding-dinding yang bolong yang membuat suasana menjadi dingin.
Karena tidak melihat sosok Shadow di mana pun, Randika berteriak. "Keluarlah dan tunjukan dirimu Shadow."
"Selamat malam tuan." Tiba-tiba suara perempuan yang lemah lembut terdengar dari arah belakangnya.
"Shadow, karena kau sudah tiba di kota ini, aku harap kau sudah menyelidiki masalah ini secara menyeluruh." Lalu Randika menekankan kata-katanya. "Aku harap kau tidak mengecewakanku."
"Tentu saja aku tidak akan mengecewakan tuan. Hasil penyelidikanku mengatakan bahwa Bulan Kegelapan berada di kota Cendrawasih."
Ketika Shadow selesai berbicara, sebuah kilatan cahaya terlihat dan Randika segera melangkah ke samping dengan cepat. Sebuah peluru segera menembus lantai di tempatnya berdiri tadi.
"Aku tidak menyangka kalau tuan begitu hebat."
Wajah Randika benar-benar terlihat dingin. "Pada akhirnya kau tetap mengecewakanku."
Nada suara Shadow sudah tidak sopan sama sekali, "Aku sudah tidak peduli denganmu, lagi pula kau juga sudah tidak memiliki kekuatan untuk melakukan apa pun."
"Kau sudah lama bekerja untukku Shadow, kau seharusnya tahu apa yang menantimu." Kata Randika.
Mendengar itu, tubuh Shadow gemetar sedikit tetapi langsung menjadi normal kembali. "Tentu saja aku tahu, oleh karena itu aku sudah memiliki persiapan untuk hari ini. Sayangnya kau tidak akan keluar hidup-hidup hari ini."
"Oh? Memangnya kau bekerja dengan salah seorang dari 12 Dewa Olimpus?" Randika menggelengkan kepalanya.
"Cuma aku saja cukup untuk menghadapimu." Suara orang lain terdengar. Seorang pria muncul dari belakang Shadow dan dialah Bulan Kegelapan.
Randika mengerutkan dahinya. Dia melihat Bulan Kegelapan menghampiri Shadow dan memeluknya.
"Kaget? Hahaha." Bulan Kegelapan tertawa keras sambil menatap Randika.
"Jadi itu hubungan kalian." Randika menghela napas. "Ternyata selama ini aku dibuat buta arah sama kalian berdua, harus kuakui boleh juga kerja sama kalian."
"Dan untukmu Shadow, sebentar lagi akan kuajari betapa kejamnya nasib si pengkhianat." Randika langsung mengeluarkan aura membunuhnya yang pekat.
"Kau masih bisa berkata besar walaupun nyawamu sudah di ujung tanduk. Kau bahkan tidak bisa melihat pengkhianatan Shadow, masih pantaskah kau menyandang nama Ares?" Bulan Kegelapan kemudian meremas dada Shadow sambil mengatakan, "Segala milikmu adalah milikku, mau itu perempuan ataupun harta."
"Jika aku tidak bisa menebaknya, menurutmu mengapa aku datang?" Dari awal dia sudah tahu bahwa Shadow telah mengkhianatinya. Tujuannya datang adalah menghukum siapapun yang berani menentangnya.
Dan hanya ada satu hukuman yang pantas, kematian!
Bulan Kegelapan dan Shadow terbeku di tempat, sejejak panik muncul di mata mereka. Mereka sudah bekerja di bawah Randika selama beberapa tahun, jadi mereka tahu kengerian seperti apa yang menanti mereka.
"Tidak usah banyak bicara, hari ini kau akan mati!" Kata Bulan Kegelapan sambil memancarkan aura membunuhnya.
"Kalau begitu tunjukkan kemampuan kalian!" Randika lalu berubah menjadi bayangan dan menerjang Bulan Kegelapan. Aura membunuh Randika yang pekat membuat Bulan Kegelapan dan Shadow terintimidasi.
Tetapi, mereka berdua segera tersadar dan menggabungkan kekuatan. Shadow bertugas untuk menangis serangan Randika dan Bulan Kegelapan bersiap melancarkan serangan balik. Melihat hal ini, aura membunuh Randika semakin tidak terkendali.
Namun, meskipun mereka berdua telah menggabungkan kekuatannya, mereka tetap terpental karena serangan Randika.
"Orang lemah tetaplah lemah!" Randika mendengus dingin dan kembali menerjang.
Hari ini kedua orang ini akan mati!
Bulan Kegelapan terkejut melihat Randika yang bertenaga ini. Bukankah dia seharusnya sedang cedera?
Seluruh tubuh Bulan Kegelapan mulai merinding. Dia tidak bisa lengah karena Randika sudah menerjangnya dan bisa membunuhnya kapan saja. Dia tidak punya pilihan lain, daripada diam dan menunggu kematiannya lebih baik dia bertaruh dengan menantang duel Randika.
Dalam sekejap, serangkaian serangan pisau tepat mengarah ke wajah Randika!
Randika tetap berwajah datar. Dalam sekejap dia melompat zig-zag dan menghindari seluruh serangan dan mencengkram pergelangan tangan Bulan Kegelapan dengan erat. Kemudian dia menarik Bulan Kegelapan dan menendangnya tepat di dada dengan keras. Bulan Kegelapan dengan cepat terpental dan mengerang kesakitan.
"Sejak kapan seekor semut berusaha memanjat puncak dunia?" Tatapan mata Randika terlihat dingin. Di saat Bulan Kegelapan terpental, dia sudah menerjang maju kembali.
Di saat Bulan Kegelapan berusaha berdiri kembali, Randika sudah berada di hadapannya dan melayangkan pukulannya ke dagunya. Sekarang Bulan Kegelapan melayang di udara sambil memuntahkan seteguk darah.
Randika di lain sisi kembali memukul bagian rusuk Bulan Kegelapan dan dia pun tersungkur di lantai sambil memegangi tulang rusuknya yang patah.
"Berani-beraninya kau mengkhianatiku?" Randika menatap Bulan Kegelapan dengan tatapan jijik.
"Dewa perang dari dunia bawah tanah memang hebat, tetapi apakah kau percaya kalau aku punya kekuatan untuk mengakhiri hidupmu hari ini?" Bulan Kegelapan sama sekali tidak gentar meskipun dia cedera berat.
Randika mengerutkan dahinya. Bulan Kegelapan sudah babak belur tapi masih bisa banyak omong, memang anjing Cuma bisa menggonggong.
"Aku harus mengakui kalau kemampuanmu sangat luar biasa." Bulan Kegelapan terengah-engah. "Memang aku meremehkan kemampuanmu itu tapi itu juga berlaku untukmu."
"Aku tidak perlu serius ketika menginjak seekor semut sepertimu." Ejek Randika.
"Shadow, meskipun aku tidak tahu kenapa kau mengkhianatiku, karena kau telah memilih untuk melawanku maka bersiaplah menerima hukuman yang sama dengannya." Randika menoleh ke Shadow.
Randika lalu mengeluarkan pisau yang dipungutnya tadi dan melemparkannya ke arah Bulan Kegelapan yang terkapar di lantai. Dengan akurat, pisau tersebut menembus tenggorokan Bulan Kegelapan!
Bulan Kegelapan tewas di hadapan sang Ares!
Randika menoleh dan menghadap ke arah Shadow. "Sekarang terimalah hukumanmu."
Wajah Shadow dipenuhi oleh kengerian. Bagaimana mungkin Bulan Kegelapan sama sekali tidak berkutik melawan Randika yang seharusnya cedera ini? Kenapa situasi berjalan seperti ini?
Melihat serangan Randika tadi pada Bulan Kegelapan, Shadow tahu bahwa Randika masih belum serius. Nama Ares yang disandangnya bukanlah lelucon. Tanpa diragukan lagi, nyawanya sudah berada di genggaman Randika!
Randika menatap dingin ke Shadow, wajahnya tanpa ekspresi ketika dia menghampirinya.
"Kau benar-benar mengecewakanku." Randika benar-benar kecewa kartu Asnya itu ternyata malah menjadi senjata makan tuan.
Shadow sama sekali tidak berbicara. Detik berikutnya, sosoknya menghilang menjadi gumpalan asap.
Di saat itu juga, Shadow telah melempar bom asap di tempatnya berdiri dan semacam granat ke arah kaki Randika. Randika bereaksi dengan cepat dan mengambil langkah mundur. Ledakannya cukup kuat, hal ini membuat Randika cukup jauh mengambil langkah mundurnya.
Untungnya gedung ini tidak ikut runtuh, namun api mulai menjalar.
Randika tidak repot-repot mempedulikannya dan mengejar langsung Shadow yang lari tersebut.
Si pengkhianat tidak akan bisa bernapas lega selama dia masih hidup!
Randika berlari dengan sangat cepat, tidak butuh waktu yang lama untuknya mengejar Shadow. Namun tiba-tiba sebuah pisau melayang ke arah wajahnya.
Randika yang berkecepatan tinggi itu hampir saja tidak bisa menghindarinya. Dia lalu menoleh ke arah pisau itu berasal dan terkejut.
Dia melihat sesosok orang yang seharusnya sudah dia bunuh, dia adalah Bulan Kegelapan!
Apa yang sebenarnya yang terjadi? Bisa-bisanya orang itu masih hidup?
This chapter upload first at NovelBin.Com