Chapter 74: Geng Golok? Maksudmu Geng Goblok?
Chapter 74: Geng Golok? Maksudmu Geng Goblok?
"Apa?" Satria, ayah dari Bagus, marah ketika mendengar cerita anaknya itu.
Wajah Bagus yang masih bengkak itu tampak tertunduk malu. Melihat ayahnya yang marah itu dia benar-benar tidak berani menatapnya. Memang kalah berkelahi itu memalukan, tetapi anaknya ini telah dihajar di depan publik dan menjadi viral di media sosial. Ditambah lagi, orang-orang tahu bahwa dia adalah anak dari bos perusahaan Galaksi. Hal ini membuat ayahnya pusing bukan main.
Tetapi, yang membuat Satria benar-benar marah adalah anaknya dihajar sampai wajahnya berubah drastis. Mana ada seorang ayah yang terima anaknya dihajar habis-habisan seperti ini?
"Kau tidak mengatakan bahwa kau berasal dari perusahaan ayah?" Satria mengerutkan dahinya, seharusnya orang di kota ini ketika mendengar nama perusahaannya langsung bergetar tanpa henti.
"Sudah ayah, tapi dia sama sekali tidak takut."
"Kalau begitu bisa jelaskan kenapa kau tetap bisa dihajar seperti ini walaupun sudah membawa pengawal sebanyak itu?" Anaknya sudah membawa puluhan pengawal elit dan masih kalah? Lelucon macam apa itu?
Satria paham tempat seperti apa anaknya itu suka bermain ketika malam hari, oleh karena itu dia memberikan banyak pengawal elit untuk melindungi anaknya.
"Itu." Bagus hanya bisa bergetar tanpa henti.
"Apa yang mau kau katakan?"
"Semua pengawal ayah itu tumbang dalam 1 menit." Kata Bagus dengan suara yang kecil.
"APA!?" Kali ini Satria benar-benar terkejut bukan main.
Sambil menghirup napas dalam-dalam, dia lalu bertanya. "Tolong kau jelaskan lebih detail."
Bagus kemudian menceritakan semua kejadian hari ini dari awal. Mulai dari dia bertemu Inggrid sampai dia membawa puluhan pengawal untuk menghajar Randika kembali. Satria mendengarnya dengan wajah datar sampai dia mendengar ancaman Randika itu, ekspresi Satria berubah menjadi serius.
"Bajingan itu benar-benar mengatakan hal itu?"
"Benar ayah, dia mengatakan bahwa kalau kita berani menghancurkan Perusahaan Cendrawasih maka dia akan membunuhku dan menggantung mayatku di tempat umum." Bagus sedikit menambah-nambahkan.
"Menarik." Wajah Satria terlihat bengis. Pertama kalinya dia menemui orang yang berani berhadapan dengan perusahaannya, hal ini membuat darahnya mendidih.
"Apakah kau tahu namanya?" Satria segera ingin melenyapkan orang ini, jika orang ini masih bernapas maka anaknya itu masih belum aman.
Demi kerajaannya dan keluarganya, Satria rela melakukan apa saja.
"Randika." Jawab Bagus.
Namun, pada saat ini teleponnya tiba-tiba bunyi. Suara panik sekretarisnya segera memenuhi telinganya.
Mendengar kabar tersebut, wajah Satria langsung menjadi muram.
"Bagaimana bisa dia tertangkap?" Satria benar-benar tidak habis pikir bahwa salah satu pimpinan di perusahaannya tertangkap atas tuduhan memperkosa.
Lalu dia bertanya kembali kepada sekretarisnya. "Bagaimana dengan orang-orang kita di kepolisian? Apakah dia tidak bisa membantunya?"
"Maafkan aku tuan, pemimpin kasus ini seorang wanita dari satuan khusus, kita tidak bisa apa-apa terhadapnya."
"Siapa yang melaporkannya?"
"Aku telah meminta laporan tersebut dan ternyata itu adalah Hannah, adik dari pemimpin Perusahaan Cendrawasih Inggrid Elina. Hannah dan temannya Monika melaporkan bahwa orang kita telah mencoba memperkosa Monika dengan cara memberinya alkohol sampai tidak sadarkan diri. Lalu orang kita tersebut dibuat mengaku oleh seseorang bernama Randika dan memberikan sebuah foto sebagai buktinya."
PRANG!
Tiba-tiba, asbak yang ada di atas meja sudah melayang ke tembok.
Pria itu lagi!
Bagaimana bisa dalam sehari perusahaannya diserang oleh pria itu terus-menerus??
"Tuan?" Sekretaris itu masih bingung dengan apa yang harus dia lakukan.
"Baiklah, aku akan mengurus masalah ini sendiri. Aku akan mengabarimu jika aku perlu apa-apa."
Setelah menutup teleponnya, Satria lalu menelepon seseorang.
"Halo David? Bantu aku untuk membunuh seseorang."
......
Pagi berikutnya, Randika kembali sarapan di luar. Hari ini dia berniat memakan nasi pecel di dekat rumahnya. Namun, dia sudah diikuti oleh beberapa orang sejak dia keluar dari kompleks perumahannya.
Randika pura-pura cuek dan memesan makanannya. Dia tahu bahwa pihak lain tidak akan membuat keributan di tempat umum.
Setelah selesai makan dan membungkus, Randika segera menuntun mereka ke gang sepi. Setelah dia berjalan beberapa menit, dia mencuri pandang ke belakang dan sudah ada puluhan orang mengikutinya. Sepertinya pemimpinnya berada di belakang sambil membawa golok itu.
"Hoi berhenti!"
Mendengar ini Randika lalu menoleh dan melihat puluhan orang mulai mengepungnya. Ekspresinya tetap sama dan dia lalu memasang ekspresi bingung. "Apakah kalian mencariku?"
"Kau buta ya? Jelas-jelas di sini cuma ada kamu seorang." Salah satu preman itu muak dengan sikap pura-pura bodohnya Randika.
"Kalian mau apa? Perasaan aku tidak punya hutang." Randika bertanya sambil memakan peyeknya.
"Salahmu adalah menyinggung orang yang salah." David, si pemimpin dari geng golok ini, maju dan menghampiri Randika.
"Ah? Apakah ini gara-gara aku ketahuan mengambil kerupuk 4 tapi aku ngakunya 1? Atau apakah karena kapan hari aku mengambil uang jatuh di jalan? Atau jangan-jangan aku ketahuan mengintip kamar mandi perempuan di taman itu ya? Jadi kalian orang suruhan yang mana? Bisa dikatakan bahwa aku telah menyinggung banyak orang." Kata Randika sambil tersenyum.
Meskipun sedikit terhibur dengan ocehan Randika, David segera memberi sinyal kepada bawahannya untuk melemparkan golok ke arah Randika. Saat golok itu melesat, Randika sudah hilang dari tempatnya berdiri.
"Ah kalau kau berniat membunuhku seperti itu, berarti satu-satunya orang yang kupikirkan adalah orang-orang dari Perusahaan Galaksi. Apakah salah satu dari mereka mengirim kalian?" Randika mulai paham akan situasinya.
Semua orang terkejut ketika mengetahui Randika sudah berada di belakang David.
David segera mengambil langkah mundur, dia merasakan sensasi bahaya yang memancar dari targetnya ini. Meskipun dia sudah membawa banyak orang bersamanya hari ini, dia masih merasa ketakutan.
"Karena kalian adalah suruhan Perusahaan Galaksi, aku tidak perlu menahan diri." Tatapan mata Randika menjadi dingin dan tanpa aba-aba, dia sudah menghilang kembali.
Para preman ini terkejut melihat sosok Randika yang sudah menghilang lagi. Yang mereka tahu adalah teriakan ketakutan dan kesakitan yang berada di sisi kanan mereka. Satu per satu preman telah dipukul hingga pingsan oleh Randika.
"Tunggu apa lagi? Bunuh dia!"
Semua orang yang masih bengong langsung tersadar dan menyerang. Namun, ketika mereka sampai di tempat Randika, sosok Randika sudah menghilang lagi. Hal ini membuat bingung para preman namun, teriakan kesakitan dari pihak mereka sama sekali tidak berkurang.
"Berpencar!"
Kata David dengan keras.
Randika masih menggunakan taktik Hit and Run, Randika menggunakan kelincahannya untuk membuat mereka bingung. Ketika dia tiba di hadapan seseorang, Randika akan melayangkan pukulannya dengan keras ke wajah ataupun perut. Setelah itu dia akan kembali menjadi gumpalan asap, memukul orang di arah lainnya.
Di mana pun Randika terlihat, seseorang akan terjatuh di tanah. Lama kelamaan sudah lebih dari 12 orang pingsan hanya dalam waktu 1 menit.
Para preman yang tersisa mulai mengucurkan keringat dingin, mereka benar-benar tidak bisa melihat sosok Randika sama sekali. Tetapi, Randika tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka sambil menguap. "Pertarungan yang membosankan, aku sampai ngantuk begini. Sudah sini kalian semua maju saja bersamaan, akan kuhabisi kalian."
David dan bawahannya tersinggung lalu menerjang ke arah Randika.
Ketika semua preman berlarian ke arahnya dari segala arah, Randika menginjak keras kaki mereka hingga gepeng. Hanya satu serangan dari Randika sudah mampu membuat 10 orang kesakitan dan terjatuh.
Lapisan kedua sudah mendekati dirinya dan yang dilakukan Randika di luar ekspetasinya mereka. Randika menyalurkan tenaga dalamnya ke tinjunya dan menghantamkannya ke tanah! Dalam sekejap tanah mereka berdiri runtuh dan mereka terjatuh ke dalamnya. Setelah itu Randika hanya perlu membereskan mereka satu per satu.
David, yang tidak ikut menerjang, menelan air ludahnya sambil terus memegang goloknya dengan erat.
Saat dia menerima tugas ini dari Satria, kenapa dia tidak menyinggung bahwa orang ini sangat kuat?
Jika targetnya ini bisa menghajar seluruh bawahanku sendirian, bahkan aku lari ke ujung dunia pun rasanya aku tetap akan mati.
Hati David dipenuhi dengan penyesalan. Sekarang setelah semua bawahannya sudah meringkuk di tanah, Randika mulai berjalan menghampirinya.
"Hiii apa maumu?"
"Apa mauku?" Randika terlihat bingung. "Memangnya tadi apa yang mau kau lakukan ke aku?"
"Kau salah paham!" David berharap polisi atau siapapun lewat dan menyelamatkan dirinya. "Kami hanya sedang lewat, kami hanya ingin sarapan."
"Lewat? Bukankah itu aneh?" Randika berkata sambil tersenyum. "Sejak aku keluar dari rumah bukankah kalian sudah mengikutiku? Saat aku makan pun kalian mengawasiku dari dekat."
David terkejut, orang ini sudah tahu bahwa dia telah diikuti sejak awal?
"Bukankah orang-orang dari Perusahaan Galaksi menyuruhmu untuk membunuhku?" Kata Randika dengan nada dingin.
David tidak bisa berhenti gemetar. "Benar, ini salah mereka!"
David sudah tidak berani berbohong, orang di depannya ini sudah bagaikan setan di siang bolong!
Randika lalu bertanya kembali, "Siapa yang menyuruhmu?"
"Satria, dia pemimpin dari Perusahaan Galaksi." Kata David tanpa ragu.
"Kau tahu tempat tinggalnya?"
"Pondok Indah."
"Nomor rumahnya?"
"Pondok Indah N/23."
David berharap dengan mengatakan segalanya orang ini akan mengampuninya dan Satria akan mendapatkan pengalaman horror ini juga. Randika tidak berbicara lagi dan berdiri diam menatap David.
Randika lalu berkata dengan dingin, "Golok itu buat apa?"
Dalam sekejap David membuangnya jauh-jauh.
"Apa yang harus kulakukan ketika aku bertemu denganmu suatu saat nanti?" Tanya Randika sambil tersenyum.
"Kami akan menuruti apa kata kakak tertua, apabila kakak menyuruh kami terjun ke jurang kami akan terjun!"
Randika mengangguk puas lalu bertanya, "Apakah kau masih ingin membunuhku?"
"Kami tidak berani berpikiran seperti itu!" David segera sujud di hadapan Randika.
Randika mengangguk lagi dan meninggalkan gang sepi tersebut.
Melihat Randika yang berjalan meninggalkan dirinya, David menghela napas lega.
Namun, tiba-tiba Randika berhenti berjalan dan bertanya. "Omong-omong."
David langsung menjadi tegang kembali dan menahan napasnya.
"Apa nama gengmu ini?"
"Geng golok." Jawab David dengan cepat.
"Nama yang buruk, cepat ganti." Randika berpikir keras selama beberapa detik.
"Aku rasa geng goblok lebih cocok buat kalian." Kata Randika sambil mengangguk puas.
"Baik, kami akan dikenal sebagai geng goblok mulai dari sekarang." David hanya berharap Randika sudah puas dan pergi meninggalkan hidupnya.
"Aku punya teman di dunia malam, jangan kira aku tidak tahu apa-apa. Jika aku dengar nama kalian tidak berubah, kalian tahu apa yang akan terjadi bukan?"
"Kakak tidak perlu khawatir, kami adalah geng goblok." Teriak David.
Randika meninggalkan gang itu dengan perasaan puas.
David dan bawahannya tertawa pahit dalam hati. Mulai sekarang mereka akan diejek terus-terusan karena nama baru mereka.
This chapter upload first at NovelBin.Com