Chapter 77: Monster?
Chapter 77: Monster?
Saat kembali di ruangannya, Randika dan timnya kembali mengerjakan ramuan X. Meskipun pengobatan yang diberikan kakeknya itu mampu membuatnya mengontrol dengan sempurna kekuatan misteriusnya itu, itu masih membutuhkan waktu 3 tahun. Jadi tanpa ramuan X Randika masih belum bisa bernapas lega.
Jika situasi di mana dia memakai tenaga dalamnya hingga batasnya seperti melawan Bulan Kegelapan sebelumnya, bisa-bisa kesadarannya diambil alih oleh kekuatan misterius itu dan dia akan mati.
Meskipun tim yang dibentuknya ini diambil dari para ahli parfum, pembuatan ramuan X tidak serumit itu. Dengan bantuan rekrutan baru yang mengerti farmasi, perkembangan ramuan X berjalan lancar. Tetapi kenapa dirinya masih gagal terus membuatnya?
Di mananya yang salah?
Randika menggaruk-garuk kepalanya, seharusnya prosedur yang dia lakukan sama persis. Kenapa dia masih tidak bisa meramunya?
Viona yang melihat Randika sedang kesusahan itu menjadi sedih di hatinya. Meskipun dia tidak tahu fungsi dari obat yang mereka buat ini, dia tahu bahwa obat ini adalah sesuatu yang berharga bagi Randika.
Viona lalu memberikannya handuk hangat, Randika yang melihat kebaikan Viona ini tersenyum kembali. "Terima kasih Viona."
"Karena kau sedang buntu, jangan terlalu keras memikirkannya sekarang." Viona lalu tersenyum. "Pergilah keluar dan hirup udara segar. Biasanya itu membantuku."
Randika mengangguk, lalu dia berteriak kepada para bawahannya. "Kalian semua, istirahatlah 30 menit. Carilah udara segar."
Tanpa menunggu lama, semua orang sudah keluar dari ruangan. Namun, di aula luar benar-benar penuh dengan orang. Ternyata, untuk mendukung perkembangan produk internasional, Inggrid membeli banyak peralatan baru dan bahan mentah yang banyak.
Ekspansi ini sangat sempurna sebagai kamuflase laboratorium milik Randika jadi dia tidak terlalu khawatir para musuhnya yang mengintai dari balik kegelapan.
Semua orang tampak sibuk khususnya Kelvin. Dengan adanya formula dari Peter, beban pekerjaan Randika menjadi berkurang jauh. Jadi ini adalah saat yang tepat baginya mengembangkan ramuan X.
Namun, di saat Kelvin melihat Randika dia langsung menghampirinya. Dia berkata sambil tersenyum. "Pak Randika, tolong coba cium hasil percobaan kami. Ini adalah salah satu parfum yang kami kembangkan dari formula yang diberikan oleh Ibu Inggrid."
Bisa dikatakan juga bahwa tugas Randika sekarang adalah memfinalisasi apakah parfum itu layak atau tidak.
"Wah aku kurang pandai masalah begituan, mungkin kau bisa tanya langsung ke Inggrid?" Randika sedang tidak ingin diganggu.
"Ah Bapak kok merendah gitu, keahlian Anda dalam membuat parfum sudah melegenda jadi saya harap bapak bisa menilai pekerjaan saya." Kata Kelvin sambil tersenyum.
Randika tidak punya pilihan lain. Setelah menciumnya, hidungnya dalam sekejap dipenuhi dengan aroma yang kuat. Namun, aroma kuat itu berubah menjadi aroma melati.
"Sedikit terlalu kuat." Randika lalu memberikan sampel itu kepada Viona yang ada di sampingnya. "Vi, bukankah kau bilang kalau kau mengoleksi parfum? Cobalah hirup ini."
Viona mengambilnya dan menghirupnya dengan seksama. Kemudian dia mulai berkomentar panjang lebar dan dengan sangat cepat. Randika sampai tidak percaya Vionanya akan menjelaskannya seperti kerasukan setan seperti itu. Herannya, sepertinya Kelvin mengerti apa yang dimaksud oleh Viona. Padahal Randika sendiri hanya bisa mendengarnya bergumam dengan cepat.
Setelah selesai menjelaskan, Viona kembali menjadi semula. Kelvin mengangguk puas. "Timnya bapak ternyata hebat semua ya. Akan kupertimbangkan saran kalian berdua dan membuat yang baru."
Setelah Kelvin pergi, Viona langsung tersipu malu dan mengatakan. "Maafkan aku, aku kalau sudah berbicara tentang parfum sudah mirip maniak."
"Hahaha kau memang luar biasa Viona!" Randika tertawa keras.
Ketika mereka berdua sedang bercanda, terdengar suara teriakan orang-orang di dekat mereka. "Ah! Monster!"
Monster?
Randika dan Viona terkejut bersama, memangnya ada monster di dunia nyata?
Mereka berdua dengan cepat masuk ke dalam ruangan teriakan itu berasal. Banyak orang yang berdiri membeku, beberapa terkejut, beberapa ketakutan dan semua mata mereka tertuju pada sebuah kotak yang setengah terbuka yang ada di tengah ruangan.
Dari dalam kotak itu, muncul sebuah lobak yang bergerak! Dia memiliki kaki dan tangan, dan dia sedang berusaha keluar dari kotaknya.
Orang-orang yang melihatnya segera bersembunyi sambil berteriak histeris. Mereka semua menatap lobak itu dengan ngeri.
"Lobak apa itu?"
Pertanyaan semua orang tetaplah sama, kenapa lobak itu bisa bergerak? Ini pasti salah satu fenomena supernatural yang sering terjadi.
Randika sendiri juga bingung tetapi, dia merasakan ketertarikan yang kuat dengan lobak itu. Instingnya mengatakan dia akan cocok untuk memperkuat tenaga dalamnya.
Di bawah tatapan mata orang, lobak itu jatuh dari kotak lalu berdiri dengan santai.
Lalu yang paling mengagetkan mereka adalah, mata, hidung, mulut dan telinga tiba-tiba muncul begitu saja!
Kemudian, lobak itu seakan-akan sedang meregangkan ototnya dengan melakukan gerakan senam.
Meskipun sekarang dia terlihat seperti boneka, orang-orang jelas melihat bahwa itu adalah sebuah lobak sebelumnya.
Boneka itu lalu melihat sekelilingnya dan tampak malu-malu. Kemudian dia menjulurkan tangan kanannya seakan-akan memberi salam kepada para manusia.
Semua orang semakin ketakutan dan berlarian keluar, "Monster!"
Paniknya orang-orang ini membuat suasana menjadi kacau. Beberapa ada yang terdorong hingga terjatuh, beberapa tercakar temannya dll.
"Lucunya!" Viona menatap boneka itu dan terpukau olehnya.
Boneka itu kebingungan kenapa manusia-manusia itu pada berlarian dengan cepat. Karena takut terinjak, ia bersembunyi di balik kotaknya lagi dan menanti suasana menjadi tenang kembali.
Tiba-tiba, ada seseorang yang hendak menangkap dirinya. Tanpa diduga, boneka ini benar-benar lincah. Ketika orang itu hendak menangkapnya, ia sudah melompat tinggi. Kemudian ia mendarat di kepala orang tersebut.
Boneka itu hanya menggelengkan kepalanya sambil meloncat-loncat di atas kepala, menunjukan bahwa manusia itu terlalu lambat.
Ketika mengerti maksud dari boneka itu, Randika heran bahwa boneka itu punya kecerdasan dan kesadaran sendiri.
Ketika dia berusaha menangkapnya lagi, boneka itu sudah melompat ke meja.
"Tangkap benda itu!" Teriak Randika dengan cepat.
Randika harus mendapatkan boneka itu agar bisa mengerti apa sebenarnya yang sedang dihadapinya itu. Dia merasa bahwa pernah melihat boneka itu di suatu tempat.
Randika lalu menghampiri kotak tempat boneka itu berasal dan membaca isi pamfletnya.
Itu bukan lobak, itu ginseng!
Kotak ini penuh dengan ginseng.
Salah satu bahan yang dibutuhkan perusahaan ini adalah ginseng yang diimpor dari Cina. Yang mengejutkannya adalah salah satu ginseng itu ada yang berumur ribuan tahun!
Ginseng dikenal sebagai tanaman obat yang menyerap esensi bumi dan langit. Apabila ia bertumbuh hingga ratusan tahun, akan muncul kesadaran pada tanaman tersebut. Contohnya adalah boneka yang hendak ditangkapnya tadi, umurnya pasti sudah ribuan tahun!
Alam memang misterius, umat manusia belum bisa memecahkan seluruh misteri alam seperti boneka ginseng ini. Boneka ginseng ini saja sudah bagaikan legenda, sangat jarang mendengar cerita keberadaannya. Namun, di cerita tersebut dikatakan bahwa boneka ginseng ini sangat berkhasiat untuk kesehatan pemakainya.
Darah Randika mendidih, dia lalu menatap boneka ginseng itu yang masih lompat ke kanan dan ke kiri itu. Tidak salah lagi, boneka itu akan berguna bagi dirinya.
Namun, boneka ginseng itu sangat lincah. Bahkan kepungan 3 orang pun dia lewati dengan mudah!
Saat ini, boneka itu seakan-akan tertawa ketika melihat Randika dan menerjang ke arah 5 orang yang hendak menangkapnya.
Salah satu dari mereka menerjang dan berusaha menangkapnya dengan kedua tangannya. Sayangnya boneka itu dengan santai menghindarinya dan melompat-lompat di tangan, lengan, bahu hingga sampai di telinganya. Ia lalu menjewer orang itu dengan kuat.
"Ah!" Orang itu langsung kesakitan dan boneka ginsengnya hanya tertawa melihatnya.
Adegan ini memang lucu kalau orang melihatnya, tetapi suasana masih tegang karena monster ini bisa menyakiti mereka kalau ia mau.
Melihat banyak orang berkumpul di satu tempat, si boneka ginseng dengan cepat melewati celah kaki mereka dan bergerak bagai ular.
"Di situ!"
"Kepung dia!"
"Eh tahan arahnya di kanan!"
......
Dalam sekejap 5 orang sudah kehilangan tenaganya, boneka itu benar-benar lincah!
Boneka itu hanya tertawa melihat mereka dan melompat-lompat kegirangan di atas meja.
Randika, yang dari tadi mengamati, mengetahui bahwa boneka itu sangat pintar. Dia menggunakan kelincahannya untuk menghindari segala sesuatu dan memanfaatkan titik buta untuk membuat mereka saling bertabrakan.
"Sekarang giliranku." Randika mulai unjuk gigi kembali.
Boneka itu menoleh dan melihat adanya mangsa baru. Dia hanya tertawa dan segera berlari menuju celah kaki Randika.
Randika menghentakkan kaki kirinya, berusaha menginjaknya hingga gepeng.
Namun, boneka itu dengan cepat menghindar dan menggoyangkan pantatnya ke arah Randika. Randika tidak mempedulikannya dan hendak menyepaknya.
Namun, dalam sekejap boneka itu sudah ada di udara berhasil menghindari sepakan Randika itu.
Kena kau!
Randika menunggu kesempatan ini dan segera menangkapnya di tengah udara. Wajah boneka itu menjadi serius, manusia ini ternyata berbeda dengan yang sebelumnya.
Hebatnya, saat kedua tangan Randika hendak menangkapnya boneka itu menampar tangannya dan berusaha memanjat ke bahu Randika. Randika dengan cepat menggoyang-goyangkan lengannya, berusaha membuat boneka itu melayang sekali lagi.
Tapi boneka itu melompat ke dadanya dan meluncur dari atas hingga ke lantai.
Pintar sekali!
Randika dengan cepat mengejarnya dan boneka itu akhirnya bersembunyi di bawah lemari. Ia tidak menyangka bahwa Randika akan segera melempar lemari tersebut. Boneka itu mulai terlihat panik dan langsung lari kembali.
Randika tidak berusaha menangkapnya, sebaliknya dia berusaha memojokkannya. Setiap boneka itu lari ke arah yang tidak diinginkannya, dia akan berusaha menginjak boneka itu dan ia akan berlari ke arah sebaliknya.
Tak butuh waktu lama untuk boneka ginseng itu terpojok dan sudah tidak bisa lari ke mana-mana.
Randika tersenyum mengejek, seakan-akan ingin melihat trik macam apa lagi yang akan digunakan boneka tersebut.
Wajah boneka itu terlihat panik dan cemas. Dia lalu menutup matanya dengan tangannya, membuat tanda dia menyerah.
"Kena kau!" Randika langsung menerjang dengan kedua tangannya. Kali ini boneka itu sudah terpojok, tidak ada jalan lain untuknya bisa kabur.
Namun, ketika Randika sudah mengatupkan tangannya, dia tidak merasakan apa-apa!
Mana mungkin dia menangkap udara kosong?
Mustahil boneka itu bisa kabur dari pandangannya, apakah dia punya teknik teleportasi?
Orang-orang yang melihatnya terkejut dan segera berteriak ke Randika. "Pak, dia ada di balik celanamu!"
Ternyata boneka itu menggunakan lantai yang licin untuk meluncur cepat ke arah celah kaki Randika dan bergelantungan di ujung celana panjang Randika.
Taktik menyerah itu adalah tipuan!
Randika kehabisan kata-kata, bisa-bisanya dia ditipu oleh sebuah tanaman?
Bagaimana caranya dia mendapatkannya sekarang?
Randika langsung berusaha menangkap kakinya dan tentu saja, boneka itu sudah meloncat sekali lagi dan mendarat di kepalanya lagi.
"Dia ada di kepalamu!"
Teriakan histeris mulai bermunculan kembali, bahkan tombak terkuat mereka dijadikan mainan oleh monster itu.
Karena sudah merasa bosan bermain, boneka itu meloncat turun dan melambaikan tangannya. Dalam sekejap dia sudah menghilang!
Melihat figur yang menghilang itu, semua orang jadi ketakutan.
Apakah yang mereka lihat itu sebenarnya jelmaan ilmu hitam?
Namun Randika justru merasa tertantang. Pertama kalinya dia merasa darahnya mendidih seperti ini. Namun, Randika perlu merubah taktiknya. Satu-satunya cara adalah bertanya kepada para kakeknya yang ada di gunung.
This chapter upload first at NovelBin.Com