Legenda Dewa Harem

Chapter 81: Maju Sini Pak Tua



Chapter 81: Maju Sini Pak Tua

Universitas Cendrawasih memiliki fasilitas lengkap untuk para mahasiswanya mengembangkan bakat-bakatnya. Mulai dari lapangan basket, sepak bola, badminton, kolam renang, tenis dll.

Karena tidak ada kegiatan apa-apa di kampus, kolam renang pun dibuka untuk umum. Selama pengunjung membayar dan mematuhi aturan, mereka bisa berenang dengan nyaman di tempat ini.

Ketika Randika masuk di ruangan kolam renang tersebut, matanya langsung dipenuhi pemandangan indah.

Ya tuhan banyak sekali cewek cantiknya!

Mereka semua terlihat putih mulus dan cantik. Bikini yang mereka pakai dengan sempurna menonjolkan aset-aset mereka.

Ketika dia berjalan, dia melihat seorang cewek yang keluar dari kolam renang. Mata Randika tidak bisa lepas dari perempuan tersebut, dia pasti 36D!

Kepala Randika mulai panas, di mana pun dia menoleh, dia pasti menemukan cewek cantik lainnya.

"Kak matamu itu lho, malu-maluin saja." Hannah tertawa ketika melihat Randika yang celingak-celinguk.

"Jangan khawatir, kakak sudah biasa." Mata Randika masih tertuju pada kumpulan malaikat itu.

"Setidaknya ganti baju dulu." Hannah kehabisan kata-kata. Mungkin dirinya salah mengajak Randika ke sini, Hannah merasa sedang menuntun serigala ke kandang ayam.

"Baiklah." Randika terpaksa menahan diri dan cepat-cepat ganti baju.

Kemudian, Randika dengan celana renangnya keluar lagi menyambut pemandangan surga ini. Perutnya yang sixpack dan luka-luka yang dia dapat, memberi kesan dia seorang pria penuh dengan pengalaman hidup.

Ketika dia mendekati kolam renang, Randika melihat sekumpulan perempuan cantik yang sedang bermain. Randika lalu masuk ke kolam dan menyapa mereka.

"Siang." Para perempuan ini sedang asyik mengobrol dan bermain air dengan gembira dan tiba-tiba ada seorang lelaki yang menyapa mereka.

"Pergi sana, kami tidak menerima laki mesum di sini." Salah satu dari mereka langsung menolak kehadiran Randika.

Teman-temannya tertawa ketika mendengarnya dan berenang menjauhi Randika.

Hmmm? Apakah pesonaku sudah hilang? Bukan, bukan, ini pasti suatu kesalahan.

Randika merasa targetnya barusan terlalu tinggi jadi dia berenang ke arah perempuan muda lainnya.

"Hai sendirian aja nih?"

"Wow teknik berenangmu sungguh indah!"

"Wah bikini yang kau pakai sangat cocok untuk dirimu yang menawan ini."

........

Setelah beberapa kali berusaha, Randika keluar dari kolam dan duduk di pinggir kolam dengan wajah cemberut. Semua usahanya gagal dan dia sekarang dipaksa hanya melihat dari samping, sungguh sial nasibnya hari ini.

"Kenapa kak? Apakah mereka semua mencuekimu?" Tiba-tiba dari belakang Hannah muncul sambil tersenyum.

Randika menoleh dan melihat Hannah juga memakai bikininya.

Memang adik iparnya ini juga seorang bidadari.

Bisa dikatakan bahwa dia dan Inggrid benar-benar bagai pinang dibelah dua. Dadanya yang besar itu serta kaki putih yang mulus itu berhasil membuat Randika terpukau. Bikini putihnya membuat dia bagaikan supermodel dan terlebih senyuman indahnya itu membuat Hannah menjadi wanita tercantik di kolam renang ini.

Kecantikan adik iparnya ini dengan mudah melampaui semua perempuan cantik yang ada di sini.

"Han, kau sungguh cantik." Randika tersenyum hangat.

"Tentu saja!" Hannah membusungkan dadanya dan meloncat ke dalam kolam. Dia berenang beberapa meter tanpa menarik napas.

Melihat cara berenang Hannah, Randika merasa dia bagaikan putri duyung. Sungguh menyenangkan melihat perempuan itu berenang, mungkinkah adik iparnya ikut klub berenang?

Para lelaki lainnya juga terpaku pada sosok Hannah yang menawan, apalagi lelaki sebaya dengan Hannah.

"Hei Jim, bukankah itu cewek yang kau suka?" Teriak salah satu orang pada temannya.

Jimmy, yang sudah menyukai Hannah sejak dia pertama kali bertemu, segera menoleh dan melihat pujaan hatinya itu. Dia dengan cepat menjadi malu.

"Wah gadis itu sungguh sexy, aku tidak menyangka ada cewek secantik itu di kampus kita. Jurusan apa ya dia?"

Tatapan mata Jimmy tidak pernah meninggalkan Hannah sedetik pun. "Aku tidak tahu. Aku hanya pernah melihatnya sekali waktu dia berenang di sini."

"Wah cinta lokasi ya?" Temannya itu terkejut.

"Bukan, cintaku hanya sepihak." Jimmy lalu memutuskan untuk berkenalan dengan Hannah, dia harus mendapatkan hatinya.

Bermodalkan sebagai kapten tim renang universitas ini, Jimmy yakin akan bisa mendapatkan hatinya. Setelah mereka berenang sebentar bersama-sama, tidak lama lagi mereka berdua akan berenang-renang di ranjang.

Namun, Hannah hanya berenang sebentar dan langsung berenang kembali ke pinggir kolam tempat Randika duduk.

"Hmm? Cepat sekali kau keluar?" Tanya Randika.

Hannah hanya tersenyum nakal dan ketika dia keluar dari kolam, dia menyelam terlebih dahulu dan langsung melompat keluar. Hal ini menyebabkan air bermuncratan ke arah Randika.

"Hei! Aku jadi basah lagi kan!" Randika menjadi muram kembali.

"Hahaha aku tidak suka melihat kak Randika yang murung seperti itu." Hannah lalu duduk di samping Randika.

Hal ini membuat Jimmy terdiam, tatapan matanya menjadi tajam.

"Aku tidak menyangka bahwa kau pintar berenang, aku sempat berpikir kamu seperti putri duyung tadi." Kata Randika sambil memberi handuk pada Hannah.

Mendengar pujian itu, Hannah semakin menjadi-jadi. "Benarkah aku sehebat itu?"

"Mana mungkin kakakmu ini bohong? Sudah cantik, kau juga pintar berenang jadi tidak salah jika aku mengiramu sebagai putri duyung." Kata Randika sambil mencuri pandang pada tubuh adik iparnya itu.

Randika aslinya masih belum puas, dia masih merasa kecewa karena ditolak banyak perempuan di sini.

Hannah bisa memahami apa yang membuat kakak iparnya itu murung, dia lalu menatap Randika. "Kak, kenapa kau tidak mau berenang denganku? Sudahlah lupakan saja mereka, lagipula kau terlalu tua buat mereka."

Kata-kata ini menyayat hati Randika. Sialan, aku tidak setua itu tahu!

Randika dengan cemberut menjawab. "Aku kan sudah tua jadi aku hanya akan melihatmu di pinggir saja."

Namun, di saat ini Jimmy nimbrung di percakapan mereka berdua. "Ngomong saja kau tidak bisa berenang pak tua."

Randika dan Hannah terkejut ketika mendengarnya. Siapa memangnya kamu?

Ketika Hannah melihat lelaki yang merasa sok ganteng dan hebat itu tersenyum ke arahnya, dia merasa jijik dan memalingkan wajahnya. Namun, Jimmy tidak mudah menyerah. "Hei manis, kau ingin berenang bersama? Aku akan mengajarimu beberapa trik."

Sejak jaman dulu, punya kecantikan yang menonjol pasti mendatangkan pria-pria mesum seperti ini. Hannah sudah kebal dengan teknik merayu murahan seperti itu.

Ketika Randika memahami niat lelaki itu, dia tertawa dalam hati.

"Tidak butuh, kau tidak lihat aku sedang berbicara?" Hannah merasa orang ini tidak sopan sama sekali.

"Jangan cemberut begitu, nanti cantikmu hilang lho. Aku tadi sempat lihat teknik berenangmu yang cantik itu, aku akan mengajarimu beberapa trik lainnya." Rayu Jimmy.

Lalu Jimmy menatap Randika. "Orang tua sepertinya cuma bisa mengajarimu mengapung, percayalah padaku."

Randika terkejut, dia sudah diam dan hanya memperhatikan kenapa dia masih tetap kena? Bocah ini nyari gara-gara memangnya.

"Orang tua seperti dia hanya datang ke tempat ini untuk melirik cewek-cewek dengan mata mesumnya, jelas dia aslinya tidak bisa berenang."

Randika masih berusaha tenang dalam hatinya. Dia tidak boleh meledak gara-gara omongan seorang bocah.

Demi mempertahankan martabatnya sebagai yang lebih tua, Randika memilih untuk bersabar.

Randika hanya memalingkan wajahnya, pura-pura tidak mendengar.

Melihat Randika tidak bereaksi, Jimmy semakin menjadi-jadi. "Pinggangnya yang rapuh sudah tidak kuat berolahraga keras seperti ini, sudah lupakan saja dia dan berenang bersamaku."

Hannah langsung memasang wajah dingin. "Pergi sana, aku selamanya tidak akan berenang bersamamu. Lagipula kau sama sekali tidak sebanding dengannya."

Randika tersenyum, adik iparnya ini pintar membela dirinya.

Ekspresi Jimmy semakin jijik ketika mendengarnya. "Maksudmu aku yang merupakan ujung tombak klub renang sekolah ini kalah cepat dengan pak tua ini? Aku bahkan tidak perlu membuka mataku ketika melawannya."

Randika menatap tajam bocah itu. Bocah ini lama kelamaan semakin menjadi-jadi dan Randika sudah mulai tidak suka dengan sikap sombongnya itu.

Mata tertutup ketika adu renang dengannya?

"Hei bocah, jangan sombong seperti itu atau nanti kau akan malu sendiri." Kata Randika dengan santai.

Melihat Randika yang sudah terpancing, Jimmy dengan cepat membalas. "Apa? Kau ingin adu cepat denganku? Buat janji dulu dengan dokter tulangmu, kita bisa repot nanti menggotongmu ke rumah sakit."

"Ha? Buat apa adu cepat kalau aku sudah tahu hasilnya dari awal?" Randika tertawa, bocah ini sepertinya tidak mengerti siapa lawannya ini.

"Omong saja takut!" Jimmy langsung keluar dari air dan menghampirinya. "Ayo kita bertanding pak tua, kalau kau kalah kau harus berteriak 'aku pria mesum' tiga kali di sini."

Kalah?

Randika masih terheran-heran, anak ini percaya diri sekali dengan kemampuannya. "Sudah sana pergi, jangan pernah sok hebat di depan cewek lagi seperti itu. Malu-maluin tahu."

Hannah yang mendengarnya mengangguk setuju, dia merasa bahwa Jimmy adalah pria tidak sopan dan sok tampan.

"Kau!" Jimmy dengan cepat menjadi marah dan menantangnya sekali lagi. "Baiklah, kita ganti taruhannya. Siapapun yang menang akan telanjang dan menggonggong sebanyak 5x!"

Jimmy sudah kehilangan akal sehatnya, dia benar-benar ingin menginjak harga diri pria yang merebut pujaan hatinya itu.

Randika lalu menjawab dengan muka serius. "Nak, aku sudah memperingatkanmu lebih dari satu kali. Cepat pergi atau kau akan menyesalinya."

"Ngomong saja kau takut, bagaimana pak tua? Berani atau tidak?"

Anak ini benar-benar bajingan ya, Randika sudah hilang kesabarannya.

"Baiklah kalau begitu, jika kau ingin memamerkan burungmu yang kecil itu akan kulayani permintaanmu." Randika lalu berdiri.

"Bermimpilah terus pak tua!"

This chapter upload first at NovelBin.Com


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.